Dan sepertinya itu yang menggambarkan hubungan kita saat ini. Kita bersepakat ya, kita tidak mencari kebahagiaan, tapi mencari ridha Allah. Seperti nasehat antum.
Oleh karenanya, ana yang sebenarnya suka dimanja, diperhatikan, dirayu, diberi surprise, dll - semua itu lewat sudah, nggak berarti lagi jika dibandingkan dengan keinginan memiliki Suami yang bisa memberikan teladan. Teladan dalam ibadah, dalam dakwah, dalam istiqomah.
Ana bagian melengkapi kekurangan antum. Antum yang pelupa, yang teledor, yang tidak disiplin, yang perlu selalu diingatkan... semoga ini bagian dari proses mencari ridha Allah.. semata-mata kecerewetan ana adalah untuk mewujudkan visi keluarga kita. Terhindar dari api neraka.
Antum juga yang bagian menyabari, mendengarkan, ngelus dada, diam, atas semua keberisikan ana. Ana yang terlalu banyak menuntut ini itu, ana yang selalu cerewet dan berisik, ana yang mudah emosi dan sewot, ana yang tidak telaten, ana yang nggak pintar masak enak... terimakasih sudah mengerti dan memahami, dan lebih sering memilih diam.
Kata almarhum ustad Jefri, kalau mau marah salah satu saja, yang lainnya jangan ikut marah. Dan ana yang lebih sering marah2 di sini. Semoga Allah mengampuni ana. Dan semoga memberi pahala yang banyak pada antum. Semoga ini semua proses menuju keridhaan Allah...
Tak ada surat cinta. Tak ada kata cinta. Panggilan "Sayang" pun kini sudah berganti menjadi "Ayah/Ibu" setelah anak2 mulai besar...
Yang ada hanya : ana membutuhkan antum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar