Selasa, 12 Januari 2016

Kapan harus bekerja?

Sedang hangat2 Ibu Rumah tangga vs Ibu bekerja nggak sih?
Buat Saya itu persoalan yg agak basi. Mungkin baru bagi perempuan2 yang baru saja jadi Ibu atau baru menikah.
Pergulatan antara menjadi Ibu yang di rumah saja dengan menjadi Ibu bekerja sudah saya lalui beberapa tahun yang lalu.

Bagi Saya pribadi, kapan Saya harus memutuskan menjadi Ibu bekerja? Apalagi orangtua memberikan Saya bekal ilmu sampai S2. Sebenarnya harapannya Saya jadi dosen. Sudah sih, sudah jadi dosen, hanya saja masih di kampus swasta yang ngajarnya hanya akhir pekan karena mahasiswanya rata2 pekerja.

Kembali lagi, kapan Saya harus bekerja ?
1. Alasan utama dan satu2nya adalah jika Suami Saya sebagai kepala keluarga tidak bisa menafkahi karena sesuatu hal. Atau,
2. Bila Suami Saya seorang wirausaha yang sedang 'start up' sehingga mungkin membutuhkan modal, atau masih jatuh bangun. Demi masih mengepulnya asap kompor di dapur maka mungkin Saya akan pertimbangkan untuk bekerja di kantor atau sebagai dosen yang waktu siangnya lebih banyak di kampus.
3. Bila anak2 sudah besar2 dan waktu mereka lebih banyak dihabiskan di sekolah.

Lalu, bagaimana kondisi sekarang sehingga Saya memutuskan untuk di rumah saja?
Di rumah bukan berarti tidak menghasilkan ya.. karena banyak sekali produktivitas yang bisa dihasilkan Ibu di rumah.

Saat ini, Alhamdulillah syukur tiada tara, Suami Saya diizinkan Allah menggapai cita2nya sbg dosen. Dan bertambah syukur telah CPNS di UIN Maliki Malang.
Bukan soal kenyamanan mendapatkan gaji tetap, tapi soal tempat yang mapan untuk mengabdi, mengembangkan diri, berdakwah... dan tentu saja nafkah ada hal berikutnya yang patut sangat disyukuri. Sehingga saya bisa memilih antara kantor atau rumah.

Lalu apa saja yang Saya lalukan di rumah supaya tetap produktif?
Bahkan hanya membaca pun, sudah bisa disebut produktif.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar